Laporan
Praktek 4
Audio dan Radio
Judul :
Tone Control
Nama : Arief Maulana Absan
Nim : 1203056
a. Tujuan
Setelah pratikum
ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Merakit
rangkaian tone control (pengatur nada) dan power amplifier
2. Mengetahui
rangkaian tone control pada system audio
3. Mengetahui
karakteristik kerja rangkaian tone control pada system audio
4. Melihat
respon frekuensi dan penguatan yang dapat dilakukan oleh rangkaian tone control
b. Alat
Dan Bahan
Alat dan bahan
yang dibutuhkan pada pratikum kali ini adalah:
1. Osiloskop
dual beam
2. Multimeter
3. AFG
4. Kit
Power Amplifier + Tone Control
5. Loadspeaker
6. Kabel
listrik
7. Audio
player
c. Teori
Pendukung
Rangkaian
penguat audio yang baik yaitu rangkaian yang mampu memperkuatkan sinyal pada
range frekuensi audio yaitu frekuensi
20hz sampai 20Khz dan pada saat melakukan penguatan tanpa terjadinya cacat
dengan nois yang sekecil mungkin. Range frekuensi ini juga tergantung dari
kemampuan loadspeaker. Jika loadspeaker bekerja pada frekuensi full range
(20Hz-20KHz)
Ini sangat baik
sekali, karena akan didapat nada yang dinamis pada frekunsi full range.
Tapi jika hanya
frekuensi tertentu saj yang mampu direproduksi oleh loadspeaker,maka penggunaan
tone controlmemungkinkan untuk membatasi frekuensi tertentu.
Tone control
merupakan rangkaian pengatur nada yang terdiri dari rangkaian filter, yaitu low
pass filter (LPF) dan high pass filter (HPF) maupun band pass filter. Sebelum
sinyal dikuatkan oleh rangkaian power amplifier, rangkaian tone control bekerja
dengan mengatur nada yang akan dilewatkan pada rangkaian power amplifier,
sehingga akan didapatkan nada sesuai dengan respon frekuensi pada loadspeaker
dan akan didapatkan hasil suara pada loadspeaker yang sesuai dengan keinginan
pengguna. Rangkaian Tone Control merupakan salah satu jenis pengatur
suara atau nada aktif pada sistem audio. Pada dasarnya tone control atau
pengatur nada berfungsi untuk mengatur penguatan level nada bass dan level nada
treble. Nada bass adalah sinyal audio pada frekuensi rendah sedangkan nada
treble merupakan sinyal audio pada frekuensi tinggi.
Rangkaian Tone Control sederhana memiliki output yang bisa
di bilang cukup bagus dan bersih. Sinyal suara yang di hasilkan dari input
sebelumnya sudah di atur oleh potensiometer dan kemudian di kuatkan oleh bagian
op = amp menggunakan transistor yang kemudian di kopling oleh kapasitor yang
outputnya akan di atur lagi pada bagian control.
Prinsip kerja dari Rangkaian Tone Control yaitu pada
frekuensi rendah atau bass dan frekuensi tinggi atau treble. Dari pengaturan di
atas kemudian di kuatkan lagi pada bagian pengatur akhir menggunakan transistor
yang sama. Tegangan yang di hasilkan dari tone control ini adalah mulai dari 9
volt DC sampai dengan 18 volt DC.
Tone Control yang memiliki 4 transistor terbagi dalam 3
bagian utama yaitu bagian penguat depan, bagian pengatur nada (tone control)
dan bagian penguat akhir. Pada bagian depan dapat di bangun menggunakan 2
transistor yang di susun dalam penguat 2 tingkat. Kemudian bagian pengatur nada
di bangun menggunakan sistem pengatur nada baxandal yang dapat mengontrol nada
rendah atau nada tinggi. Kemudian bagian akhir di gunakan penguat 2
tingkat yang di bangun menggunakan transistor.
Rangkaian tone control baxandal merupakan rangkaian penguat
dengan jaringan umpan balik (feedback) dan rangkaian filter aktif. Rangkaian
baxandal hanya tergantung dari pengaturan potensiometer bass. Batas pengaturan
maksimum potensiometer bass merupakan maksimum boost (penguatan maksimal bass)
dan batas pengaturan minimum potensiometer bass merupakan maksimum cut
(pelemahan maksimum).
Pada saat frekuensi nada bass meningkat, maka akan
memberikan efek pada resistor samapai kapasitor sehingga tidak lagi memberikan
efek atau respon pada rangkaian. Sehingga frekuensi di atas tidak di pengaruhi
oleh posisi potensiometer bass pada maksimum boos dan cut atau di biarkan
flat. Untuk nada treble, pada akhir frekuensi tinggi audio kapasitor
bertindak seakan short circuit. Maka penguatan akan di atur oleh potensiometer
treble.
d. Langkah
Kerja Pratikum
1. Lengkapilah
peralatan dan bahan pratikum yang akan digunakan, periksa terlebih dahulu peralatan dan pastikan komponen dalam keadaan baik dan bekerja.
2. Rakitlah rangkaian
power amplifier dan tone control, sesuaikan dengan skema rangkaian seperti pada
gambar dibawah, kemudian berikan tegangan dan hidupkan rangkaian sehingga output
power amplifier menghasilkan bunyi saat input disentuh dengan tangan.
Skema Power Amplifier dengan Tone Control
3. Atur
pengaturan nada volume, bass, dan trable pada posisi tengah
4. Hubungkan
AFG pada bagian input rangkaian amplifier serta hubungkan ke chanel 1 osiloskop
dan output pada chanel 2 osiloskop
5. Atur
input AFG pada posisi 1 KHz dengan amplitude sebesar 50mVp-p, berapa tengangan
output yang dihasilkan dan tentukan juga beda fase= 0
Vout =
1,4 mVp-p.500
=700 mvp-p
=0.7 Vp-p
Bentuk Sinyal
6. Atur
volume hingga menghasilkan sinyal output yang dapat terbaca dan tidak cacat 3.4
Vp-p, berapa besar penguatan dari rangkaian yang anda gunakan
Vin = 2,4
×50 penguatan = 20 log 8,6
= 1,2
Vp-p = (20).(0,934)
= 18,68 ×
Vout = 5,2 ×2
= 10,4 Vp-p
Bentuk Sinyal
7. Ulangi langkah 6, aturlah posisi tone control dan ukur tegangan output
(Volume
dan Amplitudo AFG tidak dirubah). Isilah tabel pengamatan berikut ini:
|
Frequensi Input (Vo =100mVp-p)
|
Besar Tegangan Output/Vo(Signal Pada Speaker)
|
Keterangan
|
|
100 Hz
|
0,5 V
|
Cacat
|
|
250 Hz
|
1,4 V
|
Tidak cacat
|
|
500 Hz
|
2,7 V
|
Tidak cacat
|
|
750 Hz
|
3,6 V
|
Tidak cacat
|
|
1000 Hz
|
3,8 V
|
Tidak cacat
|
|
1500 Hz
|
3,6 V
|
Tidak cacat
|
|
2000 Hz
|
3,2 V
|
Tidak cacat
|
|
5000 Hz
|
1,8 V
|
Tidak cacat
|
|
10.000 Hz
|
0,8 V
|
Tidak cacat
|
|
15.000 Hz
|
0,5 V
|
Tidak cacat
|
|
20.000 Hz
|
0,3 V
|
Tidak cacat
|
b. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Min, High = Tengah
|
Frequensi Input (Vo =100mVp-p)
|
Besar Tegangan Output/Vo(Signal Pada Speaker)
|
Keterangan
|
|
100 Hz
|
0,4 V
|
Cacat
|
|
250 Hz
|
1,5 V
|
Tidak cacat
|
|
500 Hz
|
3,2 V
|
Tidak cacat
|
|
750 Hz
|
4,4 V
|
Tidak cacat
|
|
1000 Hz
|
5,2 V
|
Tidak cacat
|
|
1500 Hz
|
6,8 V
|
Tidak cacat
|
|
2000 Hz
|
7,2 V
|
Tidak cacat
|
|
5000 Hz
|
7,6 V
|
Tidak cacat
|
|
10.000 Hz
|
7,2 V
|
Tidak cacat
|
|
15.000 Hz
|
6 V
|
Tidak cacat
|
|
20.000 Hz
|
5,2 V
|
Tidak cacat
|
c.Kondisi Potensio Tone Control ,Bass =
Tengah,High =Min
|
Frequensi Input (Vo =100mVp-p)
|
Besar Tegangan Output/Vo(Signal Pada Speaker)
|
Keterangan
|
|
100 Hz
|
3,4 V
|
Cacat
|
|
250 Hz
|
4 V
|
Tidak Cacat
|
|
500 Hz
|
4,4 V
|
Tidak Cacat
|
|
750 Hz
|
4,6 V
|
Tidak Cacat
|
|
1000 Hz
|
4,7 V
|
Tidak Cacat
|
|
1500 Hz
|
4,3 V
|
Tidak Cacat
|
|
2000 Hz
|
3,9 V
|
Tidak Cacat
|
|
5000 Hz
|
3,1 V
|
Tidak Cacat
|
|
10.000 Hz
|
2,9 V
|
Tidak Cacat
|
|
15.000 Hz
|
1,7 V
|
Tidak Cacat
|
|
20.000 Hz
|
1,5 V
|
Tidak Cacat
|
d. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Tengah, High = Tengah
|
Frequensi Input (Vo =100mVp-p)
|
Besar Tegangan Output/Vo(Signal Pada Speaker)
|
Keterangan
|
|
100 Hz
|
5,8 V
|
Cacat
|
|
250 Hz
|
6,6 V
|
Tidak Cacat
|
|
500 Hz
|
7,4 V
|
Tidak Cacat
|
|
750 Hz
|
9,2 V
|
Tidak cacat
|
|
1000 Hz
|
11,2 V
|
Cacat
|
|
1500 Hz
|
11,2 V
|
Cacat
|
|
2000 Hz
|
11,2 V
|
Cacat
|
|
5000 Hz
|
11,2 V
|
Cacat
|
|
10.000 Hz
|
11,2 V
|
Cacat
|
|
15.000 Hz
|
7,2 V
|
Tidak cacat
|
|
20.000 Hz
|
6 V
|
Tidak cacat
|
e. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Min, High = Max
|
Frequensi Input (Vo =100mVp-p)
|
Besar Tegangan Output/Vo(Signal Pada Speaker)
|
Keterangan
|
|
100 Hz
|
0,76 V
|
Cacat
|
|
250 Hz
|
3 V
|
Tidak cacat
|
|
500 Hz
|
7,6 V
|
Tidak cacat
|
|
750 Hz
|
12 V
|
Cacat
|
|
1000 Hz
|
11 V
|
Cacat
|
|
1500 Hz
|
11 V
|
Cacat
|
|
2000 Hz
|
10,5 V
|
Cacat
|
|
5000 Hz
|
10,5 V
|
Cacat
|
|
10.000 Hz
|
10,5 V
|
Cacat
|
|
15.000 Hz
|
10,5 V
|
Cacat
|
|
20.000 Hz
|
10,5 V
|
Cacat
|
f. Kondisi Potensio Tone
Control, Bass = Max, High = Min
|
Frequensi Input (Vo =100mVp-p)
|
Besar Tegangan Output/Vo(Signal Pada Speaker)
|
Keterangan
|
|
100 Hz
|
11 V
|
Cacat
|
|
250 Hz
|
11 V
|
Cacat
|
|
500 Hz
|
11 V
|
Cacat
|
|
750 Hz
|
11 V
|
Cacat
|
|
1000 Hz
|
11 V
|
Cacat
|
|
1500 Hz
|
11 V
|
Cacat
|
|
2000 Hz
|
8,7 V
|
Tidak Cacat
|
|
5000 Hz
|
3,6 V
|
Tidak Cacat
|
|
10.000 Hz
|
1,75 V
|
Tidak Cacat
|
|
15.000 Hz
|
1 V
|
Tidak Cacat
|
|
20.000 Hz
|
0,6 V
|
Tidak Cacat
|
g. Kondisi Potensio Tone
Control, Bass=Tengah, High =Max
|
Frequensi Input (Vo =100mVp-p)
|
Besar Tegangan Output/Vo(Signal Pada Speaker)
|
Keterangan
|
|
100 Hz
|
6,7 V
|
Tidak Cacat
|
|
250 Hz
|
7,8 V
|
Tidak Cacat
|
|
500 Hz
|
8,8 V
|
Tidak Cacat
|
|
750 Hz
|
10 V
|
Tidak Cacat
|
|
1000 Hz
|
10 V
|
Cacat
|
|
1500 Hz
|
11,5 V
|
Cacat
|
|
2000 Hz
|
11,5 V
|
Cacat
|
|
5000 Hz
|
11,5 V
|
Cacat
|
|
10.000 Hz
|
11,5 V
|
Cacat
|
|
15.000 Hz
|
11,5 V
|
Cacat
|
|
20.000 Hz
|
11,5 V
|
Cacat
|
E. Evaluasi/Penugasan
1. Apa yang terjadi
pada saat posisi Volume rangkaian amplifier pada posisi maksimum ?
Jawab :
Maka yang tejadi saat volume pada posisi maksimum adalah sinyal yang dihasilkan sinyal cacat yg di akibatkan oleh besarnya sinyal inpui pada masukkan atau perbandingan yang tidak seimbang antara sinyal input dengan output.
2.Cari dan jelaskan fungsi-dari peralatan-peralatan Filter audio yang
ada disekitar anda dan tuliskan fungsinya ?
Jawab :
Audio mixer adalah perangkat elektronik untuk menggabungkan (disebut " pencampuran "), routing, dan mengubah tingkat , timbre
dan / atau dinamika sinyal audio.Mixer A dapat mencampur sinyal analog
atau digital , tergantung pada jenis mixer . Sinyal yang dimodifikasi
(
tegangan atau sampel digital ) dijumlahkan untuk menghasilkan sinyal output
gabungan
Crossover Audio adalah kelas elektronik
filter yang digunakan pada aplikasi audio. Kebanyakan loudspeaker driver
standar tidak bisa mencakup spektrum audio keseluruhan dari frekuensi
rendah ke frekuensi tinggi dengan volume relatif bisa diterima serta kurangnya
distorsi menjadikan sebagian besar sistem speaker hi-fi menggunakan kombinasi
dari beberapa pengeras suara maupun driver, masing mewakili sebuah band
frekuensi yang berbeda. Crossover split sinyal audio menjadi gelombang
frekuensi yang terpisah yang mampu secara terpisah dialihkan ke loudspeaker
dioptimalkan terhadap band-band.
Equalizer
adalah Rangkaian yang mampu mengatur rentang frekuensi tertentu dan
membiarkan yang lain tetap utuh.
F.Kesimpulan
Prinsip kerja rangkaian tone control yaitu pada frekuensi rendah atau
bass dan frekuensi tinggi atau treble. Dari pengaturan di atas kemudian di
kuatkan lagi pada bagian pengatur akhir menggunakan transistor yang sama.
Rangkaian
Tone Control adalah jenis rangkaian pengatur suara
atau nada aktif pada sistem audio. Tone control pada dasarnya berfungsi sebagai
pengatur penguatan level nada bass dan level nada treble. Nada bass adalah
sinyal audio pada frekuensi rendah sedangkan nada treble adalah sinyal audio
pada frekuensi tinggi.
